Article Detail

Berbagai Model Pembelajaran Di TK

Terdapat beberapa model pembelajaran anak usia dini yang dapat dipilih sesuai dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Situasi dan kondisi yang berbeda tersebut mungkin karena letak geografis seperti di daerah pantai, pegunungan atau dataran rendah atau juga posisi wilayah seperti di perkotaan, pedesaan ataupun pesisir pantai.

1.    Model Kelas Berpusat pada Anak

Tujuan menggunakan model kelas berpusat pada anak adalah: (1) untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak; (2) memberikan kesempatan pada anak untuk menggali seluruh potensi yang dimiliki; (3) memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuannya melalui berbagai macam kecerdasan yang dimiliki atau kecerdasan jamak (multiple intelligences) dan (4) menggunakan pendekatan bermain yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip ‘learning by playing’ dan ‘ learning by doing’.

Strategi pembelajaran berpusat pada anak ditandai dengan: (1) adanya materi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak (developmentally apropriate practice), (2) metode pembelajaran yang mengacu pada center of interest melalui pengembangan tematik, (3) media dan sumber belajar yang dapat memperkaya lingkungan belajar dan (4) pengelolaan kelas yang bersifat demokrasi, keterbukaan, saling menghargai, kepedulian dan kehangatan.


2.    Model Keterampilan Hidup

Model ini berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup umum (general life skill) yang terdiri atas self-awarness, thinking skill, social skill, pre-vocational skill. Bertujuan untuk mengenalkan kepada anak tentang kehidupan nyata yang akan dihadapinya. Pola belajarnya disesuaikan dengan perkembangan anak baik secara fisik dan psikis.

Dimensi keterampilan hidup antara lain: keterampilan untuk kemandirian, karakteristik perkembangannya antara lain: dapat mempergunakan serbet dan membersihkan tumpahan makanan, dapat menuangkan air dan minum sendiri, dapat makan sendiri, dapat memakai dan melepas pakaian sendiri, dapat membuka kancing baju depan yang besar, dapat memakai sepatu tanpa tali (jenis sepatu boot), dapat mencuci tangan sendiri, dapat ke kamar kecil dan membersihkan dirinya saat buang air, membuka dan menutup kran air, menyikat gigi dengan diawasi dan menyeka hidung saat diperlukan.


3.    Model BCCT (Beyond Centre and Circle Time)

Model Beyond centre and circle time adalah suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dan merupakan perpaduan antara teori dan pengalaman praktik.

Tujuan dan model BCCT yang dimaknai dengan sebagai sentra dan saat lingkaran adalah sebagai:

  • Model ini ditujukan untuk merangsang seluruh aspek kecerdasan anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terarah.
  • Model ini menciptakan setting pembelajaran yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri (bukan sekadar mengikuti perintah, meniru, atau menghafal).
  • Dilengkapi dengan standar operasional yang baku, yang berpusat di sentra-sentra kegiatan dan saat anak berada dalam lingkaran bersama pendidik, sehingga mudah diikuti.

Ciri-ciri dari model Beyond Centre and Circle Time :

  • Pembelajarannya berpusat pada anak.
  • Menempatkan setting lingkungan main sebagai pijakan awal yang penting.
  • Memberikan dukungan penuh kepada setiap anak untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri.
  • Peran pendidik sebagai fasilitator, motivator dan evaluator.
  • Kegiatan anak berpusat di sentra-sentra main yang berfungsi sebagai pusat minat.
  • Memiliki standar prosedur operasional (SPO) yang baku (baik di sentra maupun saat lingkaran)
  • Pemberian pijakan sebelum dan setelah anak bermain dilakukan dalam posisi duduk melingkar (dalam lingkaran).

Model ini menggunakan 3 jenis bermain, yaitu: bermain Sensorimotor, anak bermain dengan benda untuk membangun persepsi, (2) bermain peran, anak bermain dengan benda untuk membantu menghadirkan konsep yang sudah dimilikinya, (3) bermain pembangunan, anak bermain dengan benda untuk mewujudkan ide/gagasan yang dibangun dalam pikirannya menjadi sesuatu bentuk nyata.


4.    Model Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak

Bermain kreatif adalah kegiatan bermain yang memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptkan suatu bentuk kreativitas yang unik. Model ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Yuliani Nurani Sujiono sebagai bagian dari disertasi tahun 2005-2006.

Model pembelajaran anak usia dini yang dapat mengakomodir pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar-preskripsi: peningkatan pengetahuan, keterampilan, sensitifitas dan teknik pengelolaan pembelajaran. Dasar pengembangan adalah: (1) Pembelajaran terpadu atau tematik, (2) Pusat kegiatan belajar/sentra, dan (3) Pengelolaan kelas berpindah (Moving class).

Ciri model bermain kreatif, yaitu sebagai berikut:

  • Fase Berpikir Kreatif: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
  • Karakteristik kreativitas: kelancaran, kelenturan, keaslian, elaborasi, keuletan dan kesabaran.
  • Penerapan Potensi Kecerdasan Jamak, yang merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas dalam belajar melalui bermain. Aspek kecerasan jamak: linguistik, logika-matematika, visual spasial, interpersonal, intrapersonal, musikal, kinestetik, naturalistik, spiritual.

 Sumber: Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment