Article Detail

MEMADU KASIH DI TANAH TIMOR LESTE

Tuhan, rencana apa lagi yang hendak Engkau berikan?, kalimat tanya  ini yang selalu bergema dalam hati dan benakku setiap kali aku mengalami  sesuatu hal yang baik  ataupun kepahitan dalam hidup. Seperti halnya menjadi Guru Mentoring di sekolah Sao Carlos, apakah ini hal yang menyenangkan atau sebaliknya, ntahlah akupun tidak tahu karena menjadi guru biasa saja masih banyak kekurangan dan jauh dari kata “bagus” apalagi untuk menjadi seorang guru mentoring di Sekolah Sao Carlos, sungguh sangat tidak “pantas” . Rasa cemas dan berat menyelimuti hari-hariku sebelum berangkat ke Sekolah Sao Carlos.  Apa saya bisa? Apakah yang akan saya lakukan dapat memberikan manfaat yang tepat? Kalimat-kalimat ini yang terus membayangiku.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, kami diberi pembekalan seperti informasi kondisi anak, sekolah, karakter, pembiasaan dan sumber daya guru yang ada di sana. Selain itu kami juga menyiapkan bahan dan materi yang hendak kami bagikan dan kami saling memberikan masukan agar lebih baik lagi dan nantinya dapat menyesuaikan kondisi anak dan guru di Sao Carlos. Segala sesuatu telah dipersipakan dan sedikit legah karena , saya tidak sendiri tetapi saya bersama teman-teman dari wilayah lain menjadi tim  yang nantinya bersama-sama belajar dan mengajar dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

Segala persiapan telah kami lakukan dan informasi kondisi di sana telah kami ketahui,  tiba waktunya untuk saya dan tim mentoring guru untuk berangkat ke Sekolah Sao Carlos masih dengan rasa kekhawatiran yang ditutupi dengan tawa dan senda gurau dan hal ini cukup membantu saya untuk mengendorkan oto-otot wajah meskipun tidak sepenuhnya relaks namun lagi-lagi dalam hati saya berkata : Tuhan terjadi semua atas kehendakMu dan semua kami serahkan ke dalam tangan Tuhan.

Rasa tidak percaya  menyapa dalam hati ketika saya dapat tiba di Timor Leste dan tidak hentinya mengucap syukur. Ini rasa yang berbeda Tuhan berikan, dari rasa cemas dan khawatir mulai memudar dengan rasa syukur melihat alam yang begitu indah, masyarakat yang ramah, unik dan cukup jarang saya temui di Bengkulu dengan karakter warna kulit, rambut dan bahasa yang berbeda. Semua hal baru dan semakin menantang untuk mencoba hal baru dan penasaran akan seperti apa hari-hari berikutnya. Rasa syukur dan penasaran dengan negara ini. Tidak sampai disitu saja, rasa syukur ini semakin mendalam disaat saya bertemu dan berinteraksi langsung dengan anak-anak dan para guru di TK Sao Carlos. Kami disambut dan diterima dengan baik. Melihat setiap wajah anak-anak dan para guru yang selalu semangat dengan menyalami saya dan dnegan suara yang lantang dan begitu setiap harinya.

Bahasa dan kebudayaan yang baru saja saya ketahui dan pelajari, menjadi petualangan yang berwarna dan motivasi dalam diri untuk menyesuaikan diri dan semakin dekat dengan mereka. Meskipun untuk hari pertama, antara tim mentoring dan para guru TK Sao Carlos, masih belum cair namun dihari berikutnya kami sudah semakin akrab dan tidak ada jarak di antara kami karena memang kami menyampaikan bahwa kita disini untuk bersama-sama belajar, kami disini bukan ahli dan kami juga ingin belajar dari para guru di Sao Carlos ini.

Semua rencana yang kami siapkan, berubah mengikuti kondisi para guru TK yang jumlah guru senior dan junior itu seimbang sehingga rencana awal setiap hari ada 2 (dua) bahan micro teaching berubah menjadi I (satu) bahan micro teaching. Apa yang saya khawatirkan semua berubah menjadi menyenangkan. Rekan guru dari Tarakanita Indonesia yang saling melengkapi dan memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan para guru TK Sao Carlos yang juga mau belajar dan menerima proses balajar bersama dengan semangat dan kemampuan mereka yang sudah bagus, hal ini sedikit berbeda dengan informasi yang telah kami peroleh.

Berkat Tuhan yang selalu melimpah dan turut berkarya dalam proses kami belajar bersama ini, sehingga semua kegiatan berjalan dengan lancar dan menyenangkan meskipun  perencanaan kami banyak yang berubah. Setiap hari suasana belajar menyenangkan dan saling menjalin persaudaraan sehingga kami menyatu dan tidak ada perbedaan yang kami rasakan. Banyak hal positif yang saya juga dapatkan dari kebersamaan dengan anak-anak dan para guru di Sao Carlos. Dengan keterbatasan yang ada seperti internet yang terbatas dan membutuhkan biaya yang tidak sediki,  tetapi mereka semangat belajar dengan saling bekerjasama dengan guru muda yang lebih mengerti dengan menggunakan teknologi dan juga guru senior mau belajar dengan membuat forum belajar bersama.

Kehidupan dalam biarapun menjadi pengalaman  rohani yang membawa diri untuk lebih mengenal Tuhan. Suasana doa bersama  setiap pagi dan malam, nyanyian pujian yang dikumandangkan setiap pagi oleh para suster  CB membuat hati terasa tenang . Selain itu,  para suster  yang akrab dan ramah, taman yang asri, perabotan  rumah tangga yang tertata rapi,  dan  waktu yang tertata setiap harinya juga membentuk pribadi  lebih baik meskipun butuh penyesuaian diawalnya. Suster Yoaneta CB sebagai suster Piko juga sangat membantu mengingatkan kami untuk cepat-cepat dikala kami dikejar oleh waktu seusai misa harian untuk siap-siap berangkat ke sekolah. Meskipun kami adalah guru tetapi kami merasa seperti anak dari para suster. Itulah kebersamaan yang kami alami meskipun kami sadar banyak kekurangan yang kami miliki dalam  mengkuti kehidupan di biara tetapi kami senang dan gembira.

Kehidupan  baru yang saya rasakan sungguh luar biasa. Saya belajar banyak hal  dari masyarakat Timor Leste yang ramah dan  sungguh menghadirkan Tuhan dalam kehidupan mereka sehari-hari, Dari para sustersaya belajar untuk lebih disiplin, hidup teratur, berserah dan percaya kepada penyelenggaraan ilahi. Dari para guru, saya belajar untuk hidup semangat dalam keterbatasan dan selalu bergembira, dari teman-teman Tarakanita saya belajar kekompakan, kerjasama, semnagat, keceriaan dan kebahagiaan menjalani tugas perutusan. Semua pembelajaran ini, membuat saya lebih bersemangat menjalani tugas perutusan, melayani dan berkarya serta mempercayakan hidup pada penyelenggaraan ilahi.

Pengalaman ini membuat rasa syukur tak henti-hentinya bergelora dalam hati. Tuhan…. Terima kasih atas anugerah kasih dan cinta yang boleh saya terima dan menjadi cerita indah dalam hidup saya dan juga sebagai permenungan hidup untuk dapat melayani dan  semangat berbagi kepada sispa saja dan dimana  saja. Terima kasih untuk Tarakanita, Para suster CB, Kepala sekolah TK dan SD, Para guru dan masyarakat Timor Leste.. SALAM TARAKANITA!

Oleh: Ibu Marselly

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment