Article Detail

Carnaval, Membangun Nilai Pluralitas Anak Sejak Dini

BENGKULU – Dalam rangka Hari Anak Nasional, anak-anak TK Sint Carolus Bengkulu khususnya kelompok B yang berjumlah 60 anak ikut memeriahkan acara Hari Anak Nasional dalam acara Carnaval pada Rabu, 12 September 2012 yang diikuti oleh TK dan PAUD se-kota Bengkulu. Anak-anak berkumpul di Gelanggang Olah Raga untuk mengikuti acara pembukaan. Pakaian beraneka ragam seperti pakaian dari berbagai daerah dan pakaian berbagai profesi (dokter, perawat, polisi, tentara, Pastor, Suster Biarawati, Ustad, Biksu) menghiasi tubuh mungil anak-anak TK dan PAUD. Suara riuh mewarnai setiap sudut lapangan GOR. Ada yang bercerita dengan teman-teman  disampingnya, ada yang bercanda dan  ada juga yang menangis karena begitu banyak anak-anak dan orang tua memenuhi dan menyesaki lapangan GOR sehingga kurang adanya ruang bagi anak untuk bergerak dan udara panas ikut mewarnai suasana tersebut.

Setelah menunggu beberapa saat, tibalah waktunya bagi anak-anak untuk berpawai. Namun, anak-anak mengalami kesulitan untuk berjalan karena peserta pawai yang begitu banyak. Para guru dan orang tua bersusah payah dan saling bahu membahu melindungi anak-anak dari himpitan orang-orang dewasa yang ada di sekitar anak-anak TK Sint Carolus dan agar anak-anak tidak terpisah dari kelompoknya maka digunakanlah tali rafiah dengan cara  dipegang mengelilingi anak-anak.

Akhirnya, dengan susah payah anak-anak, para guru dan orang tua dapat bernafas lega setelah rombongan dapat mencapai jalan raya. Jalan yang lapang membantu anak-anak untuk berjalan dengan leluasa. Namun, sebelum mencapai garis finish anak-anak mulai terpisah dari rombongan karena tali rafiah yang digunakan untuk pelindung putus. Para guru dan orang tua mulai memandang sekitar untuk mencari anak-anak yang tidak didampingi oleh orang tua, kalau-kalau ada anak yang hilang. Kepedulian orang tua untuk ikut menjaga anak-anak yang lain sangat membantu para guru, sehingga sampai di GOR sebagai garis finish anak-anak tidak ada yang hilang. Anak-anak, para guru dan orang tua sejenak beristirahat di tepi jalan karena tidak memungkinkan untuk memasuki GOR karena banyaknya orang yang memadati lapangan GOR.

Wajah-wajah lelah menghiasi wajah-wajah mungil anak-anak karena udara panas yang menyengat dan rute yang cukup panjang yang dilalui anak-anak untuk pawai. Walaupun lelah, anak-anak belajar untuk menghargai satu dengan yang lain yang berbeda agama dan budaya sehingga nilai-nilai pluralitas  sejak dini tertanam di dalam diri anak-anak.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment