Article Detail

Nyalakan Lilin Di Kandang Natal

Di awal tahun 2014, anak-anak Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Sint Carolus Bengkulu merayakan Hari Kelahiran Yesus Kristus bersama. Sejak pagi, anak-anak mulai berdatangan. Beberapa anak  memulai aktivitasnya di pagi itu dengan bermain ayunan, prosotan, dan jungkitan. Ada pula yang berlari-larian sehingga pakaian mereka basah walaupun hari masih pagi. Namun ada yang berkerumun di ruang guru. Mereka mengantri untuk didandani oleh beberapa guru yang dibantu orang tua murid. Wajah anak-anak mulai di make up dan pakaian mereka diganti dengan pakaian berwarna warni dan kebaya. Anak-anak terlihat begitu antusias dengan wajah-wajah yang ceria.

Tepat pkl. 08.00 bel berbunyi, anak-anak berlarian menuju depan kelas masing-masing. Para guru mengajak anak untuk berbaris dan kemudian membimbing anak-anak menuju ruangan kelompok bermain, di mana tempat tersebut dijadikan tempat untuk merayakan Natal.

Perayaan Natal diawali dengan Ibadat Sabda yang dipimpin oleh Sr Astrid CB. Dengan tenang dan penuh perhatian anak-anak mengikuti Ibadat Sabda. Anak-anak mendengarkan dengan penuh perhatian kisah Natal yang diceritakan oleh Sr Astrid. Kisah yang bercerita tentang Tukang Arloji, Herman Yosef yang mempersembahkan buah apel, milik satu-satunya sebagai hadiah Natal kepada bayi Yesus yang berada di pangkuan Bunda Maria. Kisah ini berkesan bagi anak karena diceritakan dengan menggunakan media buah apel dan Patung Bunda Maria yang menggendong bayi Yesus serta diceritakan dengan peragaan. Anak KB dan TK membutuhkan media ketika guru bercerita atau menjelaskan sesuatu. Hal ini sangat membantu anak-anak untuk menyerap pesan yang akan disampaikan oleh guru.

Di akhir ibadat sabda, 5 anak yang mewakili teman-teman dari 5 kelompok belajar (KB, A1, A2, B1, B2, dan B3) menyalakan lilin di kandang natal dengan diiringi lagu Malam Kudus. Anak-anak tersebut mewakili kelompoknya namun juga mewakili suku, agama dan budaya yang ada di KB-TK Sint Carolus Bengkulu. Keragaman yang ada tidak membatasi anak-anak untuk menjalin persaudaraan satu dengan yang lain.

Setelah Ibadat Sabda, anak-anak beristirahat sejenak. Kemudian anak-anak yang mengikuti kreativitas musik dan menari, menghibur temannya dengan menyuguhkan atraksi bermain angklung dan menyanyi bersama serta menari.  (Astrid CB)
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment